Sabtu, 20 Juni 2020

Pohonmu Tidak Berbuah Hari Ini

Pada tahun 1558 Kyai Gede Pamanahan beserta seluruh keluarga dan pengikutnya melakukan hijrah dari kota Pajang di Solo menuju hutan Mentaok yang sekarang disebut Yogyakarta. Iring-iringan itu cukup besar dan perjalanannya cukup melelahkan apalagi hanya dengan berjalan kaki sedangkan barang-barangnya diangkut menggunakan gerobag sapi dan kerbau. Ketika sampai di sebuah desa dekat Prambanan, rombongan Kyai Pemanahan beristirahat ditepi sungai Opak, sesepuh desa setempat yang disebut Kyai Gede Karanglo memberikan makan minum dan tempat istirahat kepada Kyai Pemanahan dan semua pengikutnya. Meskipun Kyai Karanglo bukanlah orang yang kaya raya, tetapi dia menjamu para musafir itu dengan keikhlasan. Setelah hilang kepenatan, Kyai Pemanahan beserta rombongan melanjutkan perjalanan dan membangun pemukiman baru yang disebut Mataram.

Pada tahun 1750, Paku Buwono III, raja Keraton Surakarta menikahi seorang gadis desa anak penjual arang di Pasar Singosaren bernama Rara Beruk. Awalnya Rara Beruk dititipkan ayahnya untuk menjadi abdi di keputren, karena cantik dan cerdas, Rara Beruk kemudian dijadikan badhaya semacam korp penari di keraton. Dan siapakah ayah Rara Beruk ini? ternyata dia adalah keturunan dari Kyai Karanglo yang pernah menolong Kyai Pamanahan, leluhur Paku Buwana III hampir 200 tahun sebelumnya.

__________________________________________

Mungkin kisah ini terlihat kebetulan saja, tetapi tidak mungkin Tuhan bermain dadu, melakukan sesuatu secara acak. Kebaikan yang dilakukan oleh Kyai Karanglo tidak langsung dibalas oleh Tuhan saat itu juga, butuh hampir 200 tahun untuk Kyai Karanglo menerima balasan atas kebaikannya, bahkan mungkin Kyai Karanglo tidak berekspektasi apapun saat itu. Kini keturunan Kyai Ageng Pamanahan yang juga keturunan Kyai Ageng Karanglo memerintah sebagai raja-raja di Solo dan Yogya, Tak terhitung berapa banyak yang menjadi orang besar di negeri ini, berapa banyak yang menjadi pahlawan nasional. 

Sahabatku, jika hari ini kita mendapatkan kemuliaan dan terbebas dari penindasan, bisa jadi itu memang karena usaha kerasmu. Tapi kebaikan yang dilakukan oleh orang tuamu, kakek nenekmu bahkan leluhurmu juga telah menuntunmu ke dalam karma yang baik. Kita tidak pernah tau.

Jangan melupakan leluhurmu, tanpa mereka, kamu bukanlah kamu yang ada saat ini.


Surabaya, 20 Juni 2020
R. Shantika Wijayaningrat