Selasa, 30 Oktober 2018

Toxic People: Keracunan Tanpa Minum Racun


Saya mengalami kesulitan menterjemahkan Toxic People ke dalam Bahasa Indonesia, karena jika diterjemahkan secara literal akan menyebabkan makna ambigu, sementara jika diterjemahkan secara kontekstual akan menjadi sebuah frasa yang panjang. Memang pada dasarnya toxic people bukanlah sebuah istilah yang baku dalam Bahasa Inggris, melainkan hanya istilah slang (non-formal).

                Definitely, Toxic People didefinisikan sebagai orang-orang yang memiliki dampak negative bagi kehidupan kita, entah itu dampak negative terhadap mental, emosional, spiritual bahkan finansial sekalipun, dan mereka kebanyakan berada di sekitar kita. Tapi kadang karena bergaul sudah terlalu dekat, sehingga kita tidak menyadari bahwa orang tersebut membawa dampak negative bagi kehidupan kita. Lalu bagaimana kita mendeteksi keberadaan toxic people tersebut, kemudian bagaimana caranya menyikapi atau menghadapi mereka. Let’s talk about it.

                Saya bukannya mau mengajak kamu untuk men-judge atau menghakimi orang-orang disekitar kamu, apakah dia seorang toxic atau bukan. Tapi setidaknya ketika kita tahu bahwa seseorang itu membawa sebuah pengaruh negatif, kita bisa memfilter diri kita sendiri supaya tidak terpengaruh.

Kadang memang tidak mudah untuk bisa merasakan pengaruh seseorang terhadap diri kita sendiri, yang mudah melihat atau merasakan perubahan itu malah biasanya orang lain. Tapi jika kamu merasa yang biasanya hidup penuh antusias, disiplin, pekerja keras namun tiba-tiba setelah berteman akrab dengan seseorang membuat hidup kamu jadi pemalas, malas bekerja, malas bangun pagi, pengennya santai-santai ngobrol sambil ngopi-ngopi saja, leda-lede (tidak pernah serius), lebih suka main game di handphone, youtube-an, facebook-an, instagram-an daripada mengerjakan target pekerjaanmu, maka bisa dipastikan kamu sudah ter-toxiced alias telah teracuni pengaruh negatif.

Jika kamu biasanya sopan kepada orang lain, menghormati orang tua, patuh dan santun kepada atasan, tidak suka bergosip, tidak suka meninggalkan tanggung jawab pekerjaan, tapi setelah kantor kamu kedatangan orang baru yang sering bergaul dengan kamu, kamu menjadi orang yang kasar kepada orang tua, menyepelekan dan membantah atasan, suka membicarakan keburukan orang lain atau keburukan apapun yang bisa dibicarakan. Fix kamu salah pergaulan, dan sudah teracuni oleh si toxic people.

Kalau mau menyebutkan satu-satu, mungkin pembahasannya akan ber-episode-episode, tapi setidaknya ada 7 tipe toxic people yang dirangkum dari sumber-sumber akurat untuk sekedar diketahui.

1.       Si Aku, Aku dan Aku
Pernah nggak kamu mengobrol dengan seseorang yang suka memotong pembicaraan kamu, dan senang sekali menjelaskan dirinya secara panjang lebar. Misalnya dalam sebuah percakapan, kamu sedang menceritakan ada orang yang sedang ditilang di jalan saat berangkat kerja, tiba-tiba ada seorang temanmu yang tanpa permisi dan tanpa menunggu pembicaraan, memotong apa yang sedang kamu ceritakan dan mulai menceritakan pengalaman dirinya sendiri saat ditilang di jalan beberapa waktu sebelumnya secara panjang lebar. Meskipun hal ini kadang kita maklumi begitu saja, tapi disadari atau tidak, inilah yang disebut conversational narcistist, orang yang selalu ingin membicarakan dirinya sendiri, tentang dirinya tanpa mau mendengarkan orang lain, self-centered person. Meskipun kadang kita maklum, namun dalam situasi tertentu hal tersebut membuat kita kesal, dongkol dan mulai menyimpan energi negative. Wajar saja itu terjadi, karena kita merasa tidak dihargai dan harus mengalah dengan kenarsisan orang lain.

2.       Si Ngapain, diapain, begini saja
Tipe kedua ini, ingin selalu mengendalikan sesuatu disekitarnya, selalu ingin tahu, selalu ingin mencampuri, selalu ingin memberi masukan dan selalu ingin masukannya diterima dan dijalankan. Dalam kasus ini dia bukanlah atasan kamu, tapi dia selalu mencampuri urusan kamu sampai-sampai kamu kehabisan ruang untuk menyelesaikan urusan kamu dengan cara kamu sendiri. Saya pernah memiliki seorang rekan kerja yang selalu ingin tahu apa yang sedang saya kerjakan, kemudian dia memberi masukan dan agak memaksa supaya masukannya diterima dan dijalankan. Karena dia sedikit lebih senior daripada saya, masukannya saya dengarkan, tapi tentu saja tidak saya jalankan. Karena dia bukanlah seseorang yang sesuai dengan kapasitasnya, bahkan memberi masukan sesuatu yang bukan bidangnya. Sementara saya menjalankan sesuatu yang sudah menjadi bidang saya selama bertahun-tahun. Kalau kita mau berfikir positif, mungkin dia terlalu peduli dengan kamu, tapi tetap saja kita jadi kehilangan ruang untuk menjalankan tanggungjawab kita sendiri.


3.       Si Pesimis
Tipe yang satu ini, seolah kamu tidak pernah mendengar sesuatu yang positif yang keluar dari mulutnya. Adanya hanya mengeluh, dan apapun yang terjadi, maka dia akan melihat hal tersebut dari sudut pandang negatif. Mereka suka sekali menghancurkan harapan orang lain dengan sifat pesimisnya. Seolah di dunia sudah tidak ada lagi yang bisa disyukuri dan kita tidak bisa berharap sesuatu yang lebih baik. Si pesimis ini bagaikan vampire yang selalu menghisap energi positif kamu dan menggantinya dengan pikiran negatif.

4.       Si Raja/Ratu Drama
Mungkin ada diantara kita yang menganggap si raja atau ratu drama adalah hiburan di saat bosan, tapi ketahuilah bahwa mereka yang senang mendramatisir permasalahan bukan seseorang yang cocok untuk diajak bekerjasama menyelesaikan suatu permasalah, alih-alih mengurangi beban pikiran, mereka malah menjadikan pikiran semakin berat. Biasanya orang yang senang mendramatisir permasalah adalah attention seeker atau orang yang suka mencari perhatian. Dia ingin mendapatkan simpati dari orang lain dengan cara membesar besarkan permasalahan kecil. Kalau kamu punya rekan yang seperti itu, pastilah jengkel sepanjang hari.


5.       Si Pendengki
Si pendengki ini mudah sekali dikenali, dan biasanya tidak memiliki teman. Mereka tidak senang melihat orang lain senang, tapi malah senang melihat orang lain susah. Di kondisi yang lebih ekstrim, si pendengki tidak akan segan-segan berusaha menghilangkan kesenangan orang lain. Ketika dia berhasil menghilangkan kesenangan orang lain, dalam pikirannya “yah setidaknya saya nggak susah sendirian, kita susah bareng-bareng” Menjengkelkan bukan?

6.       Si Ngibul
Tipe yang satu ini hobi sekali berbohong, menceritakan suatu kebohongan kepada orang lain dengan cara-cara yang meyakinkan, tujuannya macam-macam, tapi kalau si ngibul, kadang suka berbohong dengan tujuan ‘pencitraan’ atau kadang biar nyambung aja sih kalau diajak ngobrol. Yang fatal kadang mereka lupa dengan kebohongan sebelumnya, sehingga ketika tanya pertanyaan yang sama, maka jawabannya akan berbeda dan menjadi nyleneh.

7.       Si Arogan
Si Arogan biasanya adalah mereka memiliki power untuk menekan orang lain yang lebih lemah. Mereka sangat self-centered dan tidak mau memperhatikan kepentingan orang lain, yang paling utama adalah kepentingannya sendiri. Kadang orang arogan hanya ingin menunjukan kekuatannya kepada orang lain dan menginginkan sebuah respek dari mereka.  Respek itulah yang membuat mereka senang.

                Lantas bagaimana mengahadapi orang-orang yang seperti itu? Seperti yang saya sebutkan diawal, saya tidak bermaksud mengajak kamu memberikan judgement kepada orang lain, tidak mau membuat kamu menjauhi orang-orang yang ada disekitarmu, atau secara frontal membuat kamu memilih-milih untuk berteman. Nope. Tapi harus kita sadari bahwa berada dilingkungan orang-orang dengan energy negatif tinggi akan membuat kamu mudah terpengaruh energi mereka dan ikut-ikutan menjadi negatif. Seperti perumpamaan kuno jika kamu berada di toko minyak wangi, maka kamu bisa ikut berbau wangi, sementara jika kamu berada di tempat sampah maka kamu bisa ikut berbau sampah.

Berada di lingkungan orang-orang dengan energy negatif tentunya bisa membuat kamu cepat lelah, mood gampang turun bahkan dalam jangka waktu lama bisa membuat kamu depresi. Jika meninggalkan mereka adalah pilihan paling mudah, maka kamu tidak perlu buang waktu untuk segera melakukannya. Namun jika meninggalkan mereka adalah pilihan sulit karena berbagai factor, maka kamu cukup harus mengimbanginya dengan bergaul bersama orang-orang yang berenergi positif seperti bersama di pendengar yang baik, si optimistic, si praktis, si lemah lembut dan lain-lain.


Si aku, aku dan aku
bisa kamu hadapi dengan mengabaikan atau tidak antusias mendengarkan ceritanya. Si ngapain, diapain, begini saja bisa kamu hadapi dengan menunjukan bahwa kamu bisa mengatasi masalahmu sendiri dengan caramu sendiri. Si pesimis bisa kamu hadapi dengan sikap optimisme kamu dan menunjukan bahwa sikap optimism kamu membawa hasil yang baik juga. Si raja/ratu drama bisa kamu hadapi dengan sikap tegas dan praktismu yang tidak bertele-tele di hadapan mereka.

Saya yakin setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan. Jika kopi kamu terasa kurang manis, maka kamu akan menambahkan gula. Demikian juga hidup kamu, jika hidup kamu terasa kurang bermakna, atau kurang positif, maka kamu harus menambahkan sikap hidup yang positif, dengan cara bergaul dengan orang-orang yang positif juga.

Surabaya, 31 Oktober 2018
R. Shantika Wijayaningrat



Sumber Referensi
Alquran
Serat Wulangreh (Paku Buwono IV)
Serat Wedhatama (Mangku Nagoro IV)
Image by Google