Jumat, 30 September 2016

Cuma Orang Indonesia Yang Merendahkan Budayanya Sendiri



Malam selasa kliwon, jumat kliwon dan jumat legi adalah hari paling seram dimana para penganut ilmu hitam melakukan ritual penyembahan setan, hari itu pocong, tuyul, glundung pringis, wewe, sundel bolong, buto ijo dan kuntilanak keluar mencari mangsa.
Membakar kemenyan adalah cara untuk memanggil jin-jin dan setan untuk dimintai bantuan melakukan kejahatan dan bisa menyebabkan kerasukan.
                Meletakan bunga setaman (mawar merah,  mawar putih, kenanga dan melati) bertujuan memanggil roh-roh gentayangan untuk datang.
                Membuat sesajen dengan dengan berb agaai makanan adalah menyediakan makan untuk roh-roh jahat supaya mau diajak kerjasama dengan para penganut ilmu hitam
                Kanjeng Ratu Kidul adalah ratu jin yang jahat yang suka menenggelamkan orang-orang yang bermain di pantai dan memberikan kekayaan kepada para pencari pesugihan kemudian meminta tumbal nyawa. Dan masih banyak lagi mitos-mitos yang lumrah kita dengar di kalangan masyarakat.
Ratusan tahun yang lalu ketika Negara ini masih berbentuk kerajaan kerajaan dan kesultanan dengan hukum agama sebagai dasar hukum negaranya, malam selasa kliwon dan jumat kliwon adalah hari yang tepat untuk mengheningkan cipta (bermeditasi) dan bermunjat memohon petunjuk dan ampunan kepada Tuhan. Mengapa harus hari-hari tersebut? Bukankan semua harii sama? Dan bukankah Tuhan selalu stand by setiap waktu? Karena di masa lalu, orang-rang yang dianugerahi kelebihan oleh Tuhan dapat merasakan bahwa  alam semesta ini memancarkan energii yang lebih besar pada hari tersebut dibanding dengan hari-hari biasa sehingga pada hari-harii tersebut orang yang bermunajat atau bermeditasi dapat dengan lebih mudah fokus dan memiliki energi yang lebih besar untuk berkomunikasi dengan sang pencipta (Sebetulnya bukan hanya orang-orang dari masa lalu saja yang bisa merasakan besarnya energi malam selasa kliwon, jumat kliwon dan jumat legi, bahkan orang-orang dimasa sekarang yang dianugrahi tuhan kelebihan juga pasti bisa merasakan).
Kurang lebih seribu lima ratus tahun yang lalu, di daratan Eropa para pemuka agama asli suku-suku di Eropa selalu mengenakan topi kerucut panjang sebagai simbol tingginya  ilmu dan kebijaksanaan dan membawa tongkat sapu sebagai symbol kebersihan hati dan pikiran para pendeta agama asli tersebut. beberapa abad kemudian ketika agama baru muncul, topi kerucut panjang dan sapu menjadi simbol kejahatan dan ilmu hitam, pakaian untuk menggambarkan para nenek sihir jahat.


To be continued...