Apakah pernah suatu
ketika kamu mengalami keadaan dimana kamu merasa kebaikan yang kamu lakukan
adalah percuma. Kamu berusaha berperilaku sebaik mungkin yang kamu bisa,
berusaha agar bisa diterima oleh orang-orang di lingkungan kamu, namun tetap
saja ada yang tidak menyenangi kamu. Kamu berbuat baik kepada siapapun sebaik
yang kamu bisa, namun tetap saja tidak semua balasan kebaikan yang kamu
dapatkan. Hingga kamu mengalami sebuah keadaaan krisis kepercayaan terhadap
kebaikan dan mulai berpikir untuk apa kamu melakukan kebaikan, toh orang
disekitar kamu tidak semuanya baik.
Ada seorang seorang penjual mie di jalanan Kota Bangkok, Thailand yang terkenal
murah hati, dia suka memberikan makanan kepada orang-orang yang ingin makan
tapi tidak punya uang untuk membeli makanan. Meskipun dia seorang murah hati,
tapi memang tidak semua orang senang kepadanya dan meniru kebaikannya, toh
untuk apa berbuat baik kepada orang yang tidak mungkin bisa membalas kebaikan.
Salah satu orang yang punya pikiran seperti itu adalah tetangganya si pemilik toko
obat yang terkenal pelit. Suatu hari ada seorang anak miskin yang mencuri obat
demam di toko milik tetangga si penjual mie, si anak miskin terpaksa melakukan
itu karena ibunya sedang sakit sementara dia tidak memiliki uang sepeser pun
untuk membeli obat. Namun malang, ketika mencuri malah ketahuan pemiliknya,
alhasil si anak miskinpun ditangkap dihajar oleh si pemilik toko. Ketika
ditanya untuk apa obat itu, si anak menjawab untuk ibunya yang sedang sakit,
bukannya berbelas kasihan, si anak miskin malah ditahan oleh si pemilik toko.
Mengetahui kesusahan si anak miskin, si penjual mie menebus obat-obatan yang
dicuri kepada si pemilik toko obat dan memberikannya kepada si anak miskin.
Sebelum pulang, si anak miskin bahkan sempat diberi sekantong sup sayuran untuk
ibunya.
Tiga puluh tahun berlalu, si penjual mie masih tetap sama kehidupannya
seperti biasanya. Tapi ternyata Tuhan bukannya membalas kebaikan si penjual mie
dengan harta yang melimpah, tapi malah diberi ujian penyakit otak yang sangat
parah, sehingga si penjual mie harus dirawat di rumah sakit dengan biaya yang besar.
Karena tak mampu membayar biaya perawatan yang mencapai ratusan juta rupiah,
keluarga si penjual mie terpaksa menjual toko mie miliknya untuk membiayai
tulang punggung keluarga mereka. Tapi
itulah Tuhan, DIA sudah mengatur semuanya dengan sedemikian rupa. Tanpa
disangka keluarga si penjual mie diberitahu melalui surat resmi dari rumah
sakit bahwa seluruh biaya perawatan sudah terbayar dan ditanggung oleh
seseorang. Dalam surat itu dikatakan bahwa seluruh biaya perawatan telah dibayar
30 tahun yang lalu, dengan sebungkus obat demam dan sekantong sup sayur.
Ternyata yang membayar biaya perawatan si penjual mie adalah si anak miskin
yang dulu pernah dia tolong, dan sekarang menjadi dokter yang merawatnya. Ini
adalah kisah nyata dari dr. Prajak Arunthong
yang pernah ditolong oleh si penjual mie. Klik Dr. Prajak Arunthong
Ada banyak sekali di dunia ini orang yang menanam hari ini berharap sudah
bisa memanen esok hari. Tapi ternyata
Tuhan tidak bekerja demikian, Tuhan selalu memberikan waktu yang tepat kapan
kamu akan menerima balasan dari perbuatanmu. Bukan hanya perbuatan baik, bahkan
perbuatan jahat sekalipun, karma-nya pun bisa jadi akan kamu terima di waktu
yang tidak kamu duga.
Jika kamu berharap balasan kebaikan dari semua orang yang kamu tolong, yang
kamu dapat mungkin malah keputus-asaan karena tidak semua orang bisa menghargai
kebaikan orang lain. Tapi jika kamu meyakini kebaikan yang kamu lakukan adalah
juga untuk diri kamu sendiri, maka kamu akan terus bersemangat untuk berbuat
baik. Dan kata orang Jawa “Gusti Mboten Sare” Tuhan itu Tidak
Tidur, kebaikan yang kamu lakukan pastilah akan dibalas oleh Tuhan di waktu dan
keadaan yang tepat, yang mungkin kamu tidak pernah menyangka, mungkin dibalas
saat itu juga, esok hari, bulan depan, tahun depan, 30 tahun lagi, atau bahkan
yang menerima balasan kebaikanmu adalah anak-cucu mu. Hanya Tuhan yang tahu
waktu yang tepat. So, jangan pernah menganggap berbuat baik itu adalah percuma.
Surabaya, 31 Agustus 2018
R. Shantika Wijayaningrat
Sumber Referensi
Alquran
Serat Wulangreh (Paku Buwono IV)
Serat Wedhatama (Mangku Nagoro IV)
beavercreekfarm.co/we-cant-make-everyone-happy/
socialtriggers.com/you-cant-make-everyone-happy-stop-trying/
Image by Google
Mother Teresa of Calcutta, my life inspiration |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar