Apa yang ada dibayangan anda ketika mendengar kata “Jakarta”?, saya yakin sebagian besar dari anda akan terbayang mengenai kota besar dengan gedung-gedung pencakar langit, jalanan yang macet, Tugu Monas, Istana Presiden dan orang-orang dengan logat Betawi “gue – loe”. Tidak bisa dipungkiri memang itulah yang selama ini tergambar mengenai Kota Jakarta, bahkan bagi orang yang hanya melihat Jakarta dari TV sekalipun. Sementara ketika anda mendengar kata “Presiden Suharto”, sebagian dari anda akan terbayang era orde baru, diktator, konglomerat keluarga, korupsi, logat ‘menanamken, mengamalken, mempertaruhken’ , dll.
Apapun yang paling menonjol dari contoh-contoh diatas, maka itulah yang akan paling melekat dan diingat orang lain.
Sekarang mengenai diri anda, apa yang mungkin teman-teman anda bayangkan ketika seseorang menyebut nama anda? ramah? perhatian? playboy? tampan atau cantik? atau bahkan galak, urakkan, suka bicara kotor, bau atau yang lainnya? Ini adalah mengenai apa identitas yang paling melekat dari diri anda dalam lingkungan anda. Sebenarnya bukan salah anda jika selama ini anda dikenal sebagai orang yang galak hanya karena anda suka bicara dengan volume yang keras dan dengan intonasi tinggi dan mudah tersulut emosi jika sedang ada masalah. Disisi lain, bukan suatu hal yang aneh jika teman anda dicap sebagai ‘orangnya asyik’ hanya karena dia suka menyapa orang, mudah bergaul dan enak diajak ngobrol. Disadari atau tidak, setiap orang memiliki cap atau identitas sendiri-sendiri yang dikenali oleh lingkungannya, dan yang ekstrim jika cap itu melekat erat pada nama seseorang seperti Pak SBY yang ganteng, Bu Indah yang ramah, Om Tino yang playboy dan Tante Sonya yang sok cantik.
Selama beberapa tahun belakangan, semakin banyak orang yang menyadari akan pentingnya personality branding atau pencitraan diri. Sebelumnya branding atau pencitraan hanya melekat pada perusahaan, merek, kota atau daerah. Kini masyarakat semakin menyadari bahwa apa yang ada pada diri secara pribadi telah diproyeksikan orang-orang disekitar kita sebagai penggambaran diri secara keseluruhan. Nah, sekarang yang menjadi masalah adalah, apakah selama ini kita telah mem-branding atau mencitrakan diri kita secara tepat? Dan apakah selama ini anggapan orang-orang disekitar kita telah sesuai dengan apa yang kita inginkan mengenai diri kita? Tentunya butuh survey untuk mengetahui mengenai pandangan orang lain mengenai diri kita. Tak perlulah kita disibukan diri untuk membuat penelitian mengenai pandangan orang lain mengenai diri kita, yang perlu lebih ditekankan disini adalah pandangan orang lain mengenai diri kita yang seperti apa sih, yang ingin kita buat? Inilah yang disebut sebagai pencitraan diri atau personality branding.
Banyak sekali manfaat yang dapat kita peroleh dari membuat pencitraan diri secara tepat. Kita akan lebih terarah dalam mengambil suatu sikap atau pendapat terhadap orang lain dan masalah-masalah yang kita hadapi. Pandangan orang lain terhadap kita juga dapat kita arahkan secara positif sesuai dengan keinginan kita, sehingga kita bisa mengontrol issue-issue, gossip atau bahkan fitnah yang tidak benar mengenai diri kita. Bayangkan saja, apakah masyarakat akan dengan mudahnya percaya dengan issue binaragawan Ade Rai meninggal karena sakit darah rendah? Padahal selama ini Ade Rai selalu mencitrakan dirinya sebagai sosok yang selalu sehat dan bugar, yang selalu menjaga kesehatannya melalui olahraga yang berat dengan pola makan yang teratur. Begitu pula orang-orang tidak akan percaya begitu mudahnya dengan issue yang menyatakan bahwa anda tengah putus dengan pasangan anda padahal anda selalu mencitrakan diri anda sebagai pasangan yang setia, selalu memuji pasangan anda, kemana-mana selalu nampak romantis.
Mengenal Diri Sendiri
Untuk membuat sebuah pencitraan diri, pertama-tama anda haruslah mengenal terlebih dahulu siapa diri anda dan bagaimana lingkungan anda. Akan sangat aneh jika anda mencitrakan diri anda sebagai seorang yang sibuk syuting dan bergaya hidup glamor bak seorang selebritis sementara anda tinggal disebuah lingkungan pedesaan yang terpencil. Sebenarnya yang akan ditekankan disini adalah sebuah pencitraan kepribadian, bukanlah sebuah pencitraan penampilan. Pada umumnya, pencitraan kepribadian tersebut nantinya akan secara otomatis mempengaruhi pencitraan penampilan seseorang. Kembali lagi mengenai mengenal diri sendiri, yang perlu dipahami disini adalah kesadaran akan keberadaan diri kita sendiri, siapakah saya? Bagaimana hubungan saya dengan lingkungan saya? Apakah saya punya banyak teman? Atau mungkin musuh saya lebih banyak daripada teman saya?. Disini kualitas hubungan kita dengan lingkungan sangat berpengaruh terhadap pencitraan diri yang ingin kita tampilkan. Jika kita mempunya hubungan yang baik dengan lingkungan kita, maka yang perlu kita lakukan adalah memoles pencitraan saja, namun jika kualitas hubungan kita dengan lingkungan kita kurang baik, maka yang perlu dilakukan adalah merubah pandangan lingkungan tersebut terhadap diri kita melalui pencitraan diri yang lebih berterima.
Saya Ingin Teman Saya Melihat Saya Sebagai Seseorang Yang…
Tidak perlu menjadi berpura-pura menjadi sosok orang lain agar disukai teman-teman dan lingkungan anda, cukup menjadi diri sendiri namun dipahami secara positif. Ada sebuah kasus seorang mahasisiwa yang introvert, tidak ramah dan tidak pedulian. Kemudian mahasiswa tadi berusaha disukai oleh teman-teman kampusnya, dia mulai menyapa teman-temannya dengan ramah setiap pagi, bersalaman dan selalu tersenyum ketika bertemu. Sebenarnya teman-temannya menerima dengan positif perubahannya, namun secara drastis beberapa bulan kemudian dia kembali menjadi orang yang tidak ramah, tidak pedulian dan introvert, alasannya sederhana, dia merasa tidak menjadi dirinya sendiri dan memutuskan untuk kembali menjadi dirinya sendiri.
Dalam kasus lain, seorang gadis yang tidak ramah, tidak pedulian dan introvert menyadari bahwa selama ini teman-temannya membuat jarak dengannya karena sikapnya, kemudian dia berusaha disukai oleh teman-teman kampusnya dengan cara menjadi orang yang lebih ramah, suka menyapa dan lebih peduli terhadap teman-temannya. Alhasil teman-temannya menerima perubahannya dengan hangat walaupun diawali dengan sedikit gunjingan. Apakah gadis yang introvert tadi telah menjadi orang lain? Jika iya, maka yang disebut sebagai diri sendiri adalah sifat introvertnya itu? Sebenarnya setelah gadis tadi berubah menjadi orang yang ramah dan mudah bergaul, maka yang menjadi diri sendiri sekarang adalah sikapnya yang ramah dan mudah bergaul tersebut. Seperti judul sebuah lagu “everybody’s changing”, semua orang bisa berubah. Kalau kita bisa merubah diri kita menjadi lebih positif, mengapa kita harus mempertahankan sisi negatif yang selama ini melekat.
Dari dua kasus diatas nampak jelas bahwa sebenarnya kita mampu dengan mudah mengarahkan pandangan orang lain terhadap diri kita dengan cara merubah diri kita sendiri. Yang sulit sebenarnya merubah diri kita sendiri, merubah kepribadian kita agar lebih disukai orang lain –jika anda memang benar-benar ingin orang lain menyukai anda tentunya- .
Sekarang apa yang anda inginkan dari pandangan orang lain mengenai diri anda? Anda ingin dilihat sebagai sosok yang bagaimana? ramah? profesional? senyuman mempesona? mudah bergaul? atau sosok yang selalu penuh semangat? anda bisa membuatnya! dengan tindakan nyata tentunya! Akan lebih mudah membentuk suatu pencitraan yang positif jika kita telah memiliki landasan hubungan baik dengan lingkungan kita termasuk orang tua, tetangga, teman-teman kantor, kampus atau yang lainnya. Sementara bagi yang sudah terlanjur tidak memiliki landasan hubungan yang baik dengan lingkungannya, maka cukup kuatkan niat anda dan berubahlah, yakini bahwa perubahan anda akan membawa pada pandangan yang positif mengenai anda dari lingkungan anda dan dengan itu maka hubungan anda dengan lingkungan anda akan membaik dengan sendirinya.
Jika anda ingin teman-teman anda melihat diri anda sebagai sosok yang ramah, maka yang menjadi pantangan anda adalah memasang wajah cemberut dan suka marah-marah, sebaliknya anda harus siap untuk selalu tersenyum dan menyapa teman-teman anda. Siapkan kepribadian seperti apa yang ingin anda tampilkan sebagai identitas diri anda sehingga lingkungan anda akan mengenal anda sebagai sosok yang anda inginkan.
Misalnya, Saya Dika, saya mencitrakan diri saya sebagai Fresh and Flexible, Segar dan Fleksibel. Maka yang menjadi pantangan saya adalah datang ke kampus atau tempat-tempat lain dalam keadaan kusut, nampak kelelahan dan tidak bersemangat. Sebaliknya saya harus selalu berusaha untuk tampil segar, penuh semangat dan antusias. Disisi flexible, saya harus berusaha untuk mudah bergaul dengan siapapun, mudah nyambung dengan topik obrolan apapun, tidak canggung ketika berbincang dengan kalangan agamis namun juga tetap bisa on ketika mengobrol dengan kalangan anak punk dan underground.
Sekarang bagaimana dengan anda? Anda ingin dipanggil sebagai si-siapa?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar