Memasuki bulan Ramadhan bagi kaum muslim memiliki banyak makna, ada yang bermakna ganjaran setiap ibadahnya akan dilipatgandakan, ada memaknai sebagai sarana pembersihan dosa, atau ada yang mengartikan sekedar nggak makan sama minum. Tentunya setiap orang memiliki pemahaman dan motivasi sendiri-sendiri dalam memaknai bulan Ramadhan.
Bagi yang memahami betul hakikat berpuasa, berpuasa bukan sekedar berhenti makan dan minum di siang hari, tetapi juga kontrol terhadap diri sendiri sepenuhnya. Di hari biasa kalau kita haus, tinggal ambil air minum, kalau lapar ya tinggal makan, emosi ya tinggal meluapkannya dengan kemarahan. Tapi di bulan puasa ini, kita diwajibkan untuk mengontrol tindakan kita, ucapan kita, bahkan sekedar pikiran kita. Bayangkan siang-siang punya pikiran mesum saja sudah bisa membuat puasa jadi sia-sia.
Tapi kali ini kita tidak akan membahas mengenai puasa ramadhan dan amalan-amalan yang diyakini untuk dikerjakan. Tapi kita bahas mengenai pentingnya pengendalian pikiran dalam hidup.
Pangeran Siddharta pernah mengatakan "If you can control your mind, you can control your life". Ternyata apa yang selama ini terjadi dalam hidup berasal dari pikiran kita sendiri. Kita meyakini kebenaran hukum tabur-tuai, dimana jika kita menanam padi maka kita akan memanen padi, sementara jika kita menanam ilalang, maka yang kita panen adalah ilalang.
Ternyata begitupun dalam pikiran ini, jika kita dipenuhi pikiran positif, maka semesta akan merespon dengan mendatangkan hal-hal positif dalam hidup kita. Sementara jika kita dipenuhi pikiran negatif, maka hidup ini seolah ada-ada saja masalahnya, selesai masalah satu ganti masalah yang lain.
Bahkan Tuhan berfirman dalam sebuah haditz qudsi “Aku sebagaimana prasangka hambaku kepada-Ku. Aku bersamanya jika ia berdoa kepada-Ku.” [HR. Muslim 4832, 4851; Tirmidzi 3527, Ahmad 7115]