Beberapa waktu yang lalu saya menerima
kunjungan teman lama, rasanya sudah lama sekali saya tidak bertemu dengannya,
mungkin tiga tahunan. Kami mengobrol banyak sekali, hingga saya menanyakan
bagaimana pekerjaannya, ekspresinya agak berubah seolah tidak ingin mendengar
pertanyaan itu dari saya. Sayapun sebetulnya juga tidak keberatan jika
pertanyaan saya tidak dijawab, tapi kemudian teman saya ini mulai menceritakan
usahanya yang diambang pailit, hutang membengkak, dan keluarganya pun mulai
renggang akibat tidak kuat dengan keadaan. Cerita semakin sedih ketika dia mengingat
masa lalunya yang juga penuh ujian. Di akhir cerita dia mengatakan bahwa
mungkin nasibnya ditakdirkan buruk, dipenuhi dengan ujian. Dia mengatakan
sering dapat musibah, dijatuhkan oleh saingan dan berbagai cerita kesialan
nasibnya. Bahkan dia menanyakan kepada saya apakah ada cara untuk mengusir
nasib buruk yang selalu menimpanya.
Meskipun saya orang Jawa, tapi saya tidak
mungkin langsung mengatakan bahwa mungkin dia orang yang sukerta atau
orang kotor yang hidupnya ditakdirkan penuh ujian. Dan cara mengatasi nasib
sial yang tiada henti adalah dengan cara di-ruwat yaitu serangkaian
upacara untuk melepaskan diri dari cengkeraman Bathara Kala atau
kesialan.
Pada dasarnya kesialan dan keberuntungan
adalah sesuatu yang subjective menurut sudut pandang. Ketika adik saya
mengalami kecelakaan parah hingga koma dan operasi tempurung kepala yang
menghabiskan biaya bukan main-main, nenek saya mengatakan "alhamdulilah
isih diwenehi selamet, duwit iso digoleki, nyawa ora ono sing dodol"
yang artinya "alhamdulillah masih diberi keselamatan, uang bisa dicari,
tapi nyawa tidak ada yang jual". Sebuah pemikiran orang jawa ketika
musibah terjadi, maka yang dilihat adalah sisi terbaik dari musibah itu. Maka
tidak asing bagi orang jawa ketika diberi kesialan maka responnya mungkin
"untung ora...." atau "slamete isih.... "
Kembali lagi mengenai bad luck,
seringkali kita melihat itu semua sebagai ujian tanpa alasan dari Tuhan, ya
mungkin juga bisa jadi tanpa alas an, kan suka-suka Tuhan, Dia Yang Maha
Kuasa – kamu hanya sekedar makhluk yang menjalankan. Tapi saya meyakini bahwa
Tuhan tidak bermain dadu, tidak menciptakan segala sesuatu secara acak. Selalu
ada maksud dari segala sesuatu yang terjadi yang kadang baru kita sadari
setelah hal tersebut terjadi, mungkin baru disadari besoknya, atau bulan depan,
atau tahun depan, atau bertahun-tahun kemudian, atau bahkan tidak pernah kita
sadari karena kita tidak mampu membaca hikmah dibalik semua kejadian.