Suatu hari ada seorang bijaksana yang memasuki desa, si
orang bijak senang berkotbah dan mengajari siapapun yang ia temui untuk selalu
berbuat kebaikan.
Si orang bijak berkelana dari desa ke desa untuk mengajar kebaikan. Ketika si
orang bijak sampai di sebuah desa terpencil di pinggir hutan, ada seorang pria
jahat yang menjadi penguasa desa yang selalu menarik pajak kepada kepada warga
desa. Pria ini merasa terganggu dengan kedatangan si orang bijak, si pria jahat
khawatir jika desanya diajar oleh si orang bijak, maka orang desa akan lebih
menghormati si orang bijak daripada dirinya. Maka si pria jahat inipun memarahi
dan memaki-maki si orang bijak dengan kata-kata kasar. Si orang bijak meskipun
diperlakukan kasar namun tetap tenang dan berjalan meninggalkan pria itu. Tapi
si pria jahat belum puas melihat ketenangan si orang bijak, maka dia pun mengikuti
si orang bijak kemanapun dia pergi sambil memaki-makinya.
Sampailah si orang
bijak di bawah pohon beringin besar tempat dia akan bermeditasi, si pria pemarah
diam saja, sepertinya sudah kehabisan tenaga karena sudah memaki-maki sepanjang
jalan. Si orang bijak kemudian bertanya mengapa pria itu begitu marah
kepadanya.
Si pria itu kemudian menjawab “Kau tidak punya hak mengajari orang
lain. Kau sama bodohnya dengan yang lain. Kau bukan dewa”
Si orang bijak kemudian tersenyum, dan bertanya sekali lagi “Katakan kepadaku, jika kau membeli hadiah untuk seseorang dan orang itu
tidak mengambilnya, jadi milik siapa hadiah itu?”
Mendapat pertanyaan seperti itu, pria itu terkejut dan
menjawab, “Tentu saja menjadi milikku karena aku yang membeli hadiah
itu”
Sang bijak pun tersenyum dan berkata, “Itu benar, dan itu persis sama dengan
kemarahanmu, jika kamu marah dan aku tidak terpengaruh, maka kemarahan itu akan
kembali padamu. Kamulah yang akan tidak bahagia, bukan aku”
“Sesungguhnya yang kamu
lakukan adalah menyakiti dirimu sendiri”
Seringkali kita tidak menyadari apa yang terjadi adalah akibat dari tindakan kita di masa lalu, jika yang kamu terima hari ini baik, bisa jadi adalah balasan dari kebaikan yang kamu lakukan sebelumnya. Namun jika yang kamu terima hari ini sebaliknya, maka sudah sepatutnya kamu berintrospeksi, bisa jadi kamu pernah melakukan sesuatu yang tak terpuji sebelumnya. Dengan kita selalu menyadari hukum timbal balik, maka kita akan selalu berhati-hati dalam berpikir, berucap dan bertindak. Sama seperti jika kamu meludahi langit, maka ludah itu akan menimpa wajahmu sendiri.
Surabaya, 8 Desember 2018
R. Shantika Wijayaningrat