Saya mengalami kesulitan menterjemahkan Toxic
People ke dalam Bahasa Indonesia, karena jika diterjemahkan secara
literal akan menyebabkan makna ambigu, sementara jika diterjemahkan secara
kontekstual akan menjadi sebuah frasa yang panjang. Memang pada dasarnya toxic
people bukanlah sebuah istilah yang baku dalam Bahasa Inggris, melainkan hanya
istilah slang (non-formal).
Definitely,
Toxic People didefinisikan sebagai orang-orang yang
memiliki dampak negative bagi kehidupan kita, entah itu dampak negative
terhadap mental, emosional, spiritual bahkan finansial sekalipun, dan mereka
kebanyakan berada di sekitar kita. Tapi kadang karena bergaul sudah terlalu
dekat, sehingga kita tidak menyadari bahwa orang tersebut membawa dampak
negative bagi kehidupan kita. Lalu bagaimana kita mendeteksi keberadaan toxic
people tersebut, kemudian bagaimana caranya menyikapi atau menghadapi mereka. Let’s talk about it.
Saya bukannya mau
mengajak kamu untuk men-judge atau menghakimi
orang-orang disekitar kamu, apakah dia seorang toxic atau bukan. Tapi
setidaknya ketika kita tahu bahwa seseorang itu membawa sebuah pengaruh negatif,
kita bisa memfilter diri kita sendiri supaya tidak terpengaruh.
Kadang memang tidak mudah untuk bisa merasakan pengaruh
seseorang terhadap diri kita sendiri, yang mudah melihat atau merasakan perubahan
itu malah biasanya orang lain. Tapi jika kamu merasa yang biasanya hidup penuh
antusias, disiplin, pekerja keras namun tiba-tiba setelah berteman akrab dengan
seseorang membuat hidup kamu jadi pemalas, malas bekerja, malas bangun pagi, pengennya
santai-santai ngobrol sambil ngopi-ngopi saja, leda-lede (tidak pernah serius), lebih suka main game di handphone, youtube-an, facebook-an, instagram-an daripada mengerjakan target pekerjaanmu, maka bisa dipastikan kamu sudah
ter-toxiced alias telah teracuni
pengaruh negatif.
Jika kamu biasanya sopan kepada orang lain,
menghormati orang tua, patuh dan santun kepada atasan, tidak suka bergosip,
tidak suka meninggalkan tanggung jawab pekerjaan, tapi setelah kantor kamu
kedatangan orang baru yang sering bergaul dengan kamu, kamu menjadi orang yang
kasar kepada orang tua, menyepelekan dan membantah atasan, suka membicarakan
keburukan orang lain atau keburukan apapun yang bisa dibicarakan. Fix kamu salah pergaulan, dan sudah
teracuni oleh si toxic people.
Kalau mau menyebutkan satu-satu, mungkin
pembahasannya akan ber-episode-episode, tapi setidaknya ada 7 tipe toxic people
yang dirangkum dari sumber-sumber akurat untuk sekedar diketahui.
1.
Si Aku, Aku dan Aku
Pernah nggak kamu mengobrol dengan seseorang
yang suka memotong pembicaraan kamu, dan senang sekali menjelaskan dirinya
secara panjang lebar. Misalnya dalam sebuah percakapan, kamu sedang
menceritakan ada orang yang sedang ditilang di jalan saat berangkat kerja,
tiba-tiba ada seorang temanmu yang tanpa permisi dan tanpa menunggu pembicaraan,
memotong apa yang sedang kamu ceritakan dan mulai menceritakan pengalaman
dirinya sendiri saat ditilang di jalan beberapa waktu sebelumnya secara panjang
lebar. Meskipun hal ini kadang kita maklumi begitu saja, tapi disadari atau
tidak, inilah yang disebut conversational
narcistist, orang yang selalu ingin membicarakan dirinya sendiri, tentang
dirinya tanpa mau mendengarkan orang lain, self-centered
person. Meskipun kadang kita maklum, namun dalam situasi tertentu hal
tersebut membuat kita kesal, dongkol dan mulai menyimpan energi negative. Wajar
saja itu terjadi, karena kita merasa tidak dihargai dan harus mengalah dengan
kenarsisan orang lain.
2.
Si Ngapain, diapain, begini saja
Tipe kedua ini, ingin selalu mengendalikan
sesuatu disekitarnya, selalu ingin tahu, selalu ingin mencampuri, selalu ingin memberi
masukan dan selalu ingin masukannya diterima dan dijalankan. Dalam kasus ini
dia bukanlah atasan kamu, tapi dia selalu mencampuri urusan kamu sampai-sampai
kamu kehabisan ruang untuk menyelesaikan urusan kamu dengan cara kamu sendiri.
Saya pernah memiliki seorang rekan kerja yang selalu ingin tahu apa yang sedang
saya kerjakan, kemudian dia memberi masukan dan agak memaksa supaya masukannya
diterima dan dijalankan. Karena dia sedikit lebih senior daripada saya,
masukannya saya dengarkan, tapi tentu saja tidak saya jalankan. Karena dia
bukanlah seseorang yang sesuai dengan kapasitasnya, bahkan memberi masukan
sesuatu yang bukan bidangnya. Sementara saya menjalankan sesuatu yang sudah
menjadi bidang saya selama bertahun-tahun. Kalau kita mau berfikir positif,
mungkin dia terlalu peduli dengan kamu, tapi tetap saja kita jadi kehilangan
ruang untuk menjalankan tanggungjawab kita sendiri.
3.
Si Pesimis
Tipe yang satu ini, seolah kamu tidak pernah
mendengar sesuatu yang positif yang keluar dari mulutnya. Adanya hanya mengeluh,
dan apapun yang terjadi, maka dia akan melihat hal tersebut dari sudut pandang
negatif. Mereka suka sekali menghancurkan harapan orang lain dengan sifat
pesimisnya. Seolah di dunia sudah tidak ada lagi yang bisa disyukuri dan kita
tidak bisa berharap sesuatu yang lebih baik. Si pesimis ini bagaikan vampire
yang selalu menghisap energi positif kamu dan menggantinya dengan pikiran
negatif.
4.
Si
Raja/Ratu Drama
Mungkin ada diantara kita yang menganggap si
raja atau ratu drama adalah hiburan di saat bosan, tapi ketahuilah bahwa mereka
yang senang mendramatisir permasalahan bukan seseorang yang cocok untuk diajak
bekerjasama menyelesaikan suatu permasalah, alih-alih mengurangi beban pikiran,
mereka malah menjadikan pikiran semakin berat. Biasanya orang yang senang
mendramatisir permasalah adalah attention
seeker atau orang yang suka mencari perhatian. Dia ingin mendapatkan
simpati dari orang lain dengan cara membesar besarkan permasalahan kecil. Kalau
kamu punya rekan yang seperti itu, pastilah jengkel sepanjang hari.
5.
Si
Pendengki
Si pendengki ini mudah sekali dikenali, dan
biasanya tidak memiliki teman. Mereka tidak senang melihat orang lain senang,
tapi malah senang melihat orang lain susah. Di kondisi yang lebih ekstrim, si
pendengki tidak akan segan-segan berusaha menghilangkan kesenangan orang lain. Ketika
dia berhasil menghilangkan kesenangan orang lain, dalam pikirannya “yah
setidaknya saya nggak susah sendirian, kita susah bareng-bareng” Menjengkelkan
bukan?
6.
Si Ngibul
Tipe yang satu ini hobi sekali berbohong,
menceritakan suatu kebohongan kepada orang lain dengan cara-cara yang
meyakinkan, tujuannya macam-macam, tapi kalau si ngibul, kadang suka berbohong
dengan tujuan ‘pencitraan’ atau kadang biar nyambung aja sih kalau diajak
ngobrol. Yang fatal kadang mereka lupa dengan kebohongan sebelumnya, sehingga
ketika tanya pertanyaan yang sama, maka jawabannya akan berbeda dan menjadi
nyleneh.
7.
Si Arogan
Si Arogan biasanya adalah mereka memiliki power
untuk menekan orang lain yang lebih lemah. Mereka sangat self-centered dan
tidak mau memperhatikan kepentingan orang lain, yang paling utama adalah
kepentingannya sendiri. Kadang orang arogan hanya ingin menunjukan kekuatannya
kepada orang lain dan menginginkan sebuah respek dari mereka. Respek itulah yang membuat mereka senang.
Lantas bagaimana
mengahadapi orang-orang yang seperti itu? Seperti yang saya sebutkan diawal, saya
tidak bermaksud mengajak kamu memberikan judgement kepada orang lain, tidak mau
membuat kamu menjauhi orang-orang yang ada disekitarmu, atau secara frontal
membuat kamu memilih-milih untuk berteman. Nope. Tapi harus kita sadari bahwa
berada dilingkungan orang-orang dengan energy negatif tinggi akan membuat kamu
mudah terpengaruh energi mereka dan ikut-ikutan menjadi negatif. Seperti
perumpamaan kuno jika kamu berada di toko minyak wangi, maka kamu bisa ikut
berbau wangi, sementara jika kamu berada di tempat sampah maka kamu bisa ikut
berbau sampah.
Berada di lingkungan orang-orang dengan energy
negatif tentunya bisa membuat kamu cepat lelah, mood gampang turun bahkan dalam
jangka waktu lama bisa membuat kamu depresi. Jika meninggalkan mereka adalah pilihan
paling mudah, maka kamu tidak perlu buang waktu untuk segera melakukannya.
Namun jika meninggalkan mereka adalah pilihan sulit karena berbagai factor,
maka kamu cukup harus mengimbanginya dengan bergaul bersama orang-orang yang
berenergi positif seperti bersama di pendengar yang baik, si optimistic, si
praktis, si lemah lembut dan lain-lain.
Si aku, aku dan aku bisa kamu hadapi dengan mengabaikan atau tidak antusias mendengarkan ceritanya. Si ngapain, diapain, begini saja bisa kamu hadapi dengan menunjukan bahwa kamu bisa mengatasi masalahmu sendiri dengan caramu sendiri. Si pesimis bisa kamu hadapi dengan sikap optimisme kamu dan menunjukan bahwa sikap optimism kamu membawa hasil yang baik juga. Si raja/ratu drama bisa kamu hadapi dengan sikap tegas dan praktismu yang tidak bertele-tele di hadapan mereka.
Saya yakin setiap manusia memiliki kekurangan
dan kelebihan. Jika kopi kamu terasa kurang manis, maka kamu akan menambahkan
gula. Demikian juga hidup kamu, jika hidup kamu terasa kurang bermakna, atau
kurang positif, maka kamu harus menambahkan sikap hidup yang positif, dengan
cara bergaul dengan orang-orang yang positif juga.
Surabaya, 31 Oktober 2018
R. Shantika Wijayaningrat
Sumber Referensi
Alquran
Serat Wulangreh (Paku Buwono IV)
Serat Wedhatama (Mangku Nagoro IV)
Image by Google