Belakangan
masyarakat Indonesia digegerkan oleh berita penangkapan boss salah satu travel
agent khusus umroh terkenal di Jakarta, kasus hukum yang menimpa mereka
tidaklah main-main yaitu penipuan jamaah umroh yang jumlahnya tidak kurang dari
5000 orang korban dengan kerugian mencapai 500 milyar rupiah. Fantastic!
Berawal
dari kasus ini, mulailah media mengkorek semua informasi mengenai kehidupan
para bos ini, mulai dari keluarganya, gaya hidupnya, hobbinya, rumahnya, gaya
berpakaiannya, sampai koleksi tas istrinya pun ikut dibahas, pokoknya semua
yang bisa dijadikan berita harus dikorek tuntas sampai habis. Social medianya
di scroll sampai habis, dan para stalker sampai tak bisa berhenti
geleng-geleng kepala melihat gaya hidup para boss travel umroh itu. Miris
memang, melihat segala yang diposting di sosmed mereka dengan apa yang menimpa
mereka saat ini, sempat terfikir apa mereka tidak punya beban ketika memamerkan
segala apa yang mereka punya, sementara ribuan korban mereka putus harapan
karena kehilangan uang jutaan rupiah. Tapi itulah sosmed, kita bebas saja
memperlihatkan apa yang ingin kita perlihatkan kepada orang lain.
Ketika
kita mendengar kata ‘Sosial Media’, maka yang terfikir adalah sebuah inovasi
teknologi yang membuat orang bisa memposting foto, video, informasi dan membuat
mereka terhubung dengan teman-teman lama maupun teman-teman baru.
Sederhana
bukan? Sederhana sekali.
Namun ada
satu masalah yang timbul (meskipun tidak bisa digeneralisasi) yaitu semakin
banyak orang yang bersembunyi dibalik layar, namun mereka bisa mengatur orang
lain untuk menilai bagaimana mereka ingin dinilai oleh orang lain. Sehingga
seolah kita punya satu kehidupan lagi selain kehidupan nyata kita, yaitu kehidupan
online atau kehidupan maya. Contoh simpelnya, boss travel umroh tadi hanya
memposting foto-foto kehidupan mewahnya supaya dinilai orang sebagai orang
sukses, hidup berkecukupan, pasangan yang mesra, pasangan yang religious dsb. Sungguh tidak mungkin mereka memposting di
sosmednya foto-foto mereka sedang menipu korban, atau video korban menangis karena
gagal umroh, foto neraca keuangan mereka yang kacau, dsb. (impossible)