Pernahkah
anda merasakan bahwa anda merasa tidak nyaman jika berada di dekat seseorang?
anda tidak tahu mengapa, tapi anda merasa bahwa seseorang di sebelah anda
memiliki aura yang tidak menyenangkan, walaupun mungkin anda tidak mengenalnya.
Atau
dalam kesempatan yang lain, anda merasa senang atau nyaman jika ada satu orang
tertentu berada dalam satu ruangan dengan anda? anda juga tidak tahu mengapa tapi anda
merasa orang tersebut memiliki kharisma yang membuat suasana menjadi lebih
nyaman, lebih tenang, lebih hangat atau lebih
hidup.
Kemajuan zaman saat ini, tidak hanya
bertatap muka dengan seseorang secara langsung dapat mengubah mood anda, hanya
melihat seseorang tersebut di dunia maya atau sosial media pun bisa membikin
mood anda berubah.
Akhir-akhir ini suasana medsos dunia
agak menghangat menyusul terpilihnya Donald Trump sebagai presiden terpilih
Amerika Serikat, yang menuai banyak pro dan kontra, semua saling adu
argumentasi dan melempar bukti-bukti, bahkan bagi mereka yang bukan warga
Negara Amerika Serikat sekalipun. Tapi bagi kita orang Indonesia, berbicara
mengenai Pilkada DKI Jakarta sudah menjadi pemicu perang di sosmed, tidak hanya
antar pendukung cagub, tapi sudah merambah hingga menebar kebencian melalui
isu-isu SARA. Yah tidak bisa dipungkiri Pilkada DKI kali ini panasnya
sudah menyamai Pilpres RI 2014 lalu. Tidak hanya orang Jakarta yang terpecah
belah, sampai orang-orang di provinsi lain sekalipun ikut-ikutan adu kepala,
padahal ada beberapa diantara mereka juga menyelenggarakan Pilkada di daerah
mereka sendiri di waktu yang bersamaan, tapi mereka malah ikut ngotot-ngototan
mengomentari Pilkada DKI dengan segala daya dan pikiran.
Saya mungkin bukan seorang sosmed
addict, tapi saya selalu menyempatkan diri melihat beberapa sosmed yang
saya miliki pada waktu luang, dan saya amati selama dua bulan ini, sosmed
seperti facebook, twitter dan instagram sudah seperti menjadi
medan perang argumentasi mengenai Pilkada DKI, mungkin cuma tinggal Path
yang tidak bisa dipakai untuk perang argumentasi umum. Beberapa orang mengaku
suka emosi dan badmood setelah melihat timeline sosmed mereka.
Dalam beberapa kasus bahkan ada yang sampai saling mem-blokir, meng-unfollow
dan meng-unfriend teman-teman sosmednya sendiri. I have to say…
WOW!!!
Ternyata dampak psikologis
Pilkada DKI cukup besar bagi masyarakat kita, bayangkan saja, seseorang yang
memulai harinya dengan “cerah ceria” langsung berubah 180 derajat begitu
membuka facebook dan twitter (ya walaupun nggak semuanya sih…) dan mood
yang buruk pasca melihat isi sosmed terus mempengaruhinya hingga menjelang
tidur di malam hari. Dan itu terulang lagi keesokan harinya, selama
berhari-hari. Atau sampai setelah Pilkada malahan….
Tidak berlebihan sekiranya kalau
saya mengatakan bahwa sosmed sedang dipenuhi energy negative saat
ini. Banyak postingan atau tautan yang diposting sebagai reaksi atas postingan
yang lain. Segala sesuatu terlihat seperti serba simpang siur.
Saya ingin sekali mengatakan kepada
mereka yang sering emosi atau badmood pasca melihat sosmed untuk segera me-log
out sosmed mereka dan tidak pernah lagi sign in hingga mereka merasa
siap untuk menerima situasi. Tapi tentu itu bukanlah hal yang bijaksana, karena
sejatinya banyak juga hal positif yang bisa di dapatkan dari sosmed, terutama
mereka yang berbisnis menggunakan sosmednya.
To Be Continued ............
To Be Continued ............