Malam selasa
kliwon, jumat kliwon dan jumat legi adalah hari paling seram dimana para
penganut ilmu hitam melakukan ritual penyembahan setan, hari itu pocong, tuyul,
glundung pringis, wewe, sundel bolong, buto ijo dan kuntilanak keluar mencari
mangsa.
Membakar
kemenyan adalah cara untuk memanggil jin-jin dan setan untuk dimintai bantuan
melakukan kejahatan dan bisa menyebabkan kerasukan.
Meletakan
bunga setaman (mawar merah, mawar putih,
kenanga dan melati) bertujuan memanggil roh-roh gentayangan untuk datang.
Membuat
sesajen dengan dengan berb agaai makanan adalah menyediakan makan untuk roh-roh
jahat supaya mau diajak kerjasama dengan para penganut ilmu hitam
Kanjeng
Ratu Kidul adalah ratu jin yang jahat yang suka menenggelamkan orang-orang yang
bermain di pantai dan memberikan kekayaan kepada para pencari pesugihan
kemudian meminta tumbal nyawa. Dan masih banyak lagi mitos-mitos yang lumrah
kita dengar di kalangan masyarakat.
Ratusan
tahun yang lalu ketika Negara ini masih berbentuk kerajaan kerajaan dan
kesultanan dengan hukum agama sebagai dasar hukum negaranya, malam selasa
kliwon dan jumat kliwon adalah hari yang tepat untuk mengheningkan cipta
(bermeditasi) dan bermunjat memohon petunjuk dan ampunan kepada Tuhan. Mengapa
harus hari-hari tersebut? Bukankan semua harii sama? Dan bukankah Tuhan selalu stand
by setiap waktu? Karena di masa lalu, orang-rang yang dianugerahi kelebihan
oleh Tuhan dapat merasakan bahwa alam
semesta ini memancarkan energii yang lebih besar pada hari tersebut dibanding
dengan hari-hari biasa sehingga pada hari-harii tersebut orang yang bermunajat
atau bermeditasi dapat dengan lebih mudah fokus dan memiliki energi yang lebih
besar untuk berkomunikasi dengan sang pencipta (Sebetulnya bukan hanya
orang-orang dari masa lalu saja yang bisa merasakan besarnya energi malam
selasa kliwon, jumat kliwon dan jumat legi, bahkan orang-orang dimasa sekarang
yang dianugrahi tuhan kelebihan juga pasti bisa merasakan).
Kurang
lebih seribu lima ratus tahun yang lalu, di daratan Eropa para pemuka agama
asli suku-suku di Eropa selalu mengenakan topi kerucut panjang sebagai simbol
tingginya ilmu dan kebijaksanaan dan
membawa tongkat sapu sebagai symbol kebersihan hati dan pikiran para pendeta
agama asli tersebut. beberapa abad kemudian ketika agama baru muncul, topi kerucut panjang dan sapu menjadi simbol kejahatan dan ilmu hitam, pakaian untuk menggambarkan para nenek sihir jahat.
To be continued...
To be continued...